Kisah Pongka Padang
Oleh
: Apolos Ahpa, S.Th
Pada
waktu itu Pongka padang berangkat dari Sa’dan. Tanpa lelah dia terus menelusuri
gunung yang satu ke gunung yang lain. Dia menelusuri Gunung Kepa’, Gunung Landa
Banua, melewati Gunung Mambulillin, hingga Gunung
Buntu Bulo. Akhirnya dia tiba di suatu daerah yang sekarang dikenal dengan
nama “Tabulahan” yang pada waktu itu
masih berupa hutan belantara, yang ditumbuhi bambu-bambu kecil (“bulo” dalam
bahasa Tabulahan). Daerah ini dulu dikenal dengan nama “Bulo Mahpa”, dan belum ada satu orangpun yang tinggal di daerah
tersebut.
Pada
waktu Pongka Padang melakukan pengembaraan, dia disertai dengan dua orang
pengawal yang mempunyai tugas masing-masing yaitu:
1. Ta Malilin/Mambulillin,
Pembawah gong (Padalin)
Padalin yang dibawa oleh Ta Malilin. gambar dari tabulahankondosapata-tasya.blogspot.com |
2. Satu orang Pembawah Pedang
dan sepu’ (jimat-jimat, pakaian dan lain-lain). Belum diketahui pasti namamya,
namun ada yang mengatakan Polopadang
Dalam
perjalanannya Mambulillin terserang penyakit yang parah, sehingga mereka harus
tinggal di atas sebuah Gunung. Tidak beberapa hari lamanya mereka tinggal di
atas gunung tersebut keadaan Mambulillin semakin parah dan akhirnya meninggal
dunia. Lalu Pongka Padang menguburkannya di atas gunung itu.
Gunung itu kemudian diberi
nama: “Gunung Mambulillin” sebab tempat di kuburkannya Mambulillin.
Nene’
Pongka Padang meneruskan lagi perjalanannya bersama seorang pengawalnya. Sayang
sekali sebab nama pengawal tersebut tidak diketahui sampai sekarang. Namun
sejarah membuktikan bahwa memang masih ada satu orang pengawal yang berjalan
dengan Pongka Padang pada waktu itu sampai kke Gunung Buntu Bulo di Tabulahan.
Kemudian hari, baru mulai muncul nama “Polo Padang”, tapi sampai sekarang tidak
ada yang bisa memastikan kalau memang betul itu adalah “Polopadang” yang
dimaksud.
Dalam
pengembaraan Pongka padang, dia sanggup menelusuri semua daerah sampai di
pinggiran pantai. Akan tetapi dia tidak menemukan suatu daerah yang cocok
baginya. Dan akhirnya dia kembali ke Gunung Buntu Bulo, Tabulahan dan tinggal
di atas. Setelah beberapa hari dia mulai mengalami mimpi-mimpi yang baik dan
merasakan bagaimana sejuknya cuaca yang ada di gunung itu, bahkan nyamuk tidak
ada. Maka dia memutuskan untuk bertempat tinggal di situ.
Saat
Pongka Padang melayangkan pandangannya ke sekitar daerah itu, hendak melihat
bagaimana keindahan pemandangan alamnya, tiba-tiba tampak olehnya asap api yang
membumbung tinggi ke langit di gunung sebelah barat dari tempatnya. “Bagaimana
mungkin ada orang lain tinggal di sini? Bukankah baru saya yang menduduki
daerah ini?”, pikirnya dengan sangat heran.
Gunung tersebut
kemudian diberi nama Gunung “Kapusaang” yang artinya Gunung “keheranan” (bahasa
tabulahan “Pusa” artinya heran)
selanjutnya
Pongka Padang mengutus pengawalnya ke gunung tersebut untuk mencari tahu apa
sebenarnya yang ada di sana. Pesannya, “Pergilah ke gunung yang di sebelah itu
untuk melihat siapa gerangan yang ada di sana, dan kalau kau sampai di sana
lalu kau mendapati seseorang, tanyakan siapa namanya dan dari mana dia datang”.
Lalu pengawalnya ini pergi seturut apa perintah majikannya. Setibanya di sana
diapun sangat heran ketika mendapati seorang wanita yang sangat cantik berambut
panjang dan berkulit putih bersama dengan seorang pengawalnya.
Dengan
perasaan takut dan ragu-ragu, si pengawal ini menghampiri wanita tersebut dan
berkata kepadanya,”Saya datang diutus oleh majikan saya untuk menemui anda
sebab dia telah melihat ada asap di sekitar daerah ini dan ternyata benar ada
orang yang tinggal disini. Dan saya juga disuruh untuk menanyakan siapa nama
anda dan berasal dari mana?” Lalu perempuan itu menjawab, “Pulanglah kembali ke
pada majikanmu dan katakana nama saya adalah Torije’ne yang artinya orang
yang datang dari laut, karena saya memang datang dari laut dengan memakai
perahu, dan nama pengawal saya adalah Pue
Mangondang”.
bersambung....
KisahPongka Padang : Pertemuan dengan Torije'ne
Komentar
Posting Komentar