Kisah Pongka Padang : Pertemuan dengan Torije'ne
Oleh
: Apolos Ahpa, S.Th
Pengawal ini pun kembali ke Gunung Buntu Bulo. Bertanyalah Pongka Padang kepadanya, “Apa yang kau dapati di sana?” Jawab pengawal, “Saya mendapati dua orang di sana, yang satu perempuan cantik berambut panjang dan berkulit putih, dan yang satu lagi laki-laki sebagai pengawalnya. Yang perempuan bernama Torije’ne’ dan pengawalnya bernama Pue Mangondang, selain sebagai pengawal, Pue Mangondang juga adalah saudara sepupu dari Torije’ne’. Mereka katanya berasal dari laut menggunakan perahu.” Lalu berkata lagi Pongka Padang kepada pengawalnya, “Kau pergi lagi ke sana dan katakana Bolehkah kita tinggal bersama-sama di satu tempat?”. Lalu pengawal itupun pergi lagi untuk kedua kalinya. Setelah sampai di sana dia berkata kepada Torije’ne’, “Majikan menyuruh saya menanyakan apakah anda setuju jika kita tinggal bersama-sama dalam satu tempa atau bagaimana?”. Lalu Torije’ne’ menjawab, “Ya, baiklah. Sekarang kau kembali kepada majikanmu dan katakan boleh, tapi saya minta boleh dia kemari karena saya ingin bertemu dengannya”. Pengawal itu pulang dengan perasaan senang kepada majikannya dan menyampaikan segala apa yang di katakan oleh Torije’ne’.
Pongka Padang sangat gembira dan senang mendengar
apa yang disampaikan oleh pengawalnya itu. Pada saat itu juga Pongka Padang
mempersiapkan segala sesuatunya dan dia berangkat menuju Gunung Kapusaang,
tempat dimana perempuan itu berada. Sesampainya disana, Torije’ne’ langsung
menyambut dia dengan baik dan dia bertanya.
“Siapa nama anda?”
”Nama saya Pongka Padang, yang artinya sudah banyak
gunung saya telusuri sampai saya bisa tiba di daerah ini. Nama saya yang
sebenarnya ialah: Puang Rilembong, tapi karena sudah banyak
gunung yang saya telusuri sehingga saya memberi nama diri saya Pongka Padang.”
“Apa rencanamu untuk datang ke mari?” Tanya
perempuan itu.
Tapi Pongka padang balik bertanya katanya, “Bagaimana
ceritanya sehingga kau bisa sampai di sini?”
“Saya ini datang dari laut dengan memakai perahu
pada waktu air pasang, lalu perahu saya ini terkandas di atas gunung ini.
Setelah air kembali surut perahu saya tidak bisa lagi ditarik ke laut sehingga
saya tinggal saja di gunung ini. Jadi nama saya Torije’ne’ yang artinya, “Orang
yang datang dari laut”.
“Bagaimana kalau kita tinggal bersama di suatu tempat?
“Kenapa tidak, itu sangat baik.”
Selama
tiga malam Pongka Padang dengan Torije’ne’ bermalam bersama-sama di atas Gunung
Kapusaang, dan pada waktu itu juga mereka resmi menjadi suami istri. Setelah
sampai tiga malam tinggal di kapusaang, berkatalah Pongka Padang,”Bagaimana
kalau kita pergi dan bermalam lagi di Gunung Buntu Bulo, gunung yang di sebelah
itu?”. ”Baiklah”, jawab Torije’ne’ Lalu
mereka pergi menuju Gunung Buntu Bulo,
dan bermalam disana. Tiga malam mereka di atas, berkatalah Pongka Padang,
“Menurut
kamu bagaimana perbedaan antara Gunung Kapusaang dengan Gunung Buntu Bulo ini?”
“Saya
rasa baik di sini”
“Jadi
bagaimana kalau kita buat rumah di sini?”
“Terserah
kamu. Saya tidak katakan ia dan juga tidak. Pokoknya terserah kamu sebab
laki-laki yang menentukan bukan perempuan, hanya saja perahu dan lesung beserta
antan saya masih ada di gunung Kapusaang”.
“Biarkan
saja tinggal di sana nanti kalau ada kesempatan bisa kita lihat ke sana, ini
saya katakan sebab daerah ini sangat baik untuk kita tempati, juga aman sebab
bukan hanya saya yang merasakan tapi kamu juga sudah merasakannnyakan?.” Lalu
jawab Torije’ne’: ”Ia, saya juga rasakan bagaimana bagusnya daerah ini, dan
saya juga senang tinggal di sini.”
![]() |
Silsilah Pongka Padang, To Pitu (Tampilan Simple Family Tree) |
1. Daeng Manganna
2. Mana Pahodo(Buntu Bulo)
3. Simba’ Datu
4. Pullao Mesa
5. Daeng Lumalle
6. Bura’ Le’bo’
7. Pattana Bulan
Ketujuh
orang ini tidak ada yang pergi meninggalkan Tabulahan, mereka semua tinggal dan
bermukim di Tabulahan sampai mereka menjadikan lagi keturunan yang dikenal
dengan “To Sampulo mesa” artinya “Kesebelas orang”. Adapun nama-nama kesebelas
orang ini adalah :
1. Dettumanan di Tabulahan
2. Ampu Tengnge’(tammi’) di
Bambang
3. Daeng matana di Mambi
4. Ta Ajoang di Matangnga
5. Daeng Malulung di
Balanipa(Tinambung)
6. Daeng Maroe di Taramanu’
(Ulu Manda’)
7. Makke Daeng di Mamuju
8. Tambuli Bassi di Tappalang
9. Sahalima di Koa(Tabang)
10.Daeng Kamahu (Ta Kayyang Pudung) di Sumahu’
11.Ta La’binna(Sondoang) di Lohe Galumpang(Mangki tua).
Judul Asli:
ASAL MULA MANUSIA DAN
PERMULAAN TABULAHAN DAN SEKITARNYA DIHUNI OLEH MANUSIA (Sejarah Lisan Tabulahan)
Catatan
dari Penulis asli:
Inilah yang
dapat kami tuliskan dan mudah-mudahan dapat membantu para pembaca untuk
mengetahui bagaimana sejarah, latar belakang dan adat istiadat, serta silsilah
yang berlaku di daerah kami “Tabulahan” sampai sekarang. Dan jika ada tulisan
kami yang tidak sesuai menurut pembaca kami mohon maaf.
Catatan
Penerjemah:
- Tulisan ini diterjemahkan langsung dari bahasa Tabulahan Asli/bahasa tua oleh : Apolos Ahpa (Pembantu Penerjemah Alkitab Berbahasa Tabulahan) bersama dengan Penerjemah Alkitab Bahasa Tabulahan dari New Zeland (Robin M’kenzie), tanggal 10-15 September 1997.
- Maaf karena sumber cerita ini sudah lama disimpan sehingga sumber/penulisnya tidak diketahui lagi, tapi arsip ini disimpan oleh Kel. Mangoli di Tabulahan, berdasarkan cerita turun-temurun dari nenek moyang kita.
- Tadipotimpu’ pano di peneneang ang ditula’ sanganna yaling inde di sejarah, ampo’ lamendahi kakende’anna hupatau peampoanna Nene’ Pongkapadang. (Penyebutan nama-nama Nene’ Moyang kita dalam sejarah ini, tidak akan menjadi kutuk, melainkan akan menjadi berkat dan perkembangan anak cucu dari Nene’ Pongkapadang)
- Mengenai Polopadang yang kemudian hari muncul sebagai teman seperjalanan/Pengawal dari Pongkapadang, bukan kel. Polopadang yang sekarang ini ada di Tabulahan, karena Kel. Polopadang yang sekarang ini berkembang di Tabulahan adalah Keturunan dari Pongkapadang( lihat silsilanya di atas).
Komentar
Posting Komentar